Konsep Indonesia (KonsepIndo) Research & Consulting

Inilah Kunci Kemenangan Muhammad Sani-Nurdin Basirun di Pilgub Kepri

Inilah Kunci Kemenangan Muhammad Sani-Nurdin Basirun di Pilgub Kepri

15 Desember 2015
|

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad Sani-Nurdin Basirun dinyatakan sebagai pemenang Pilkada versi hitung cepat dan rekapitulasi sementara C1 KPU. Sani-Nurdin unggul dengan selisih sekitar 50.000-an suara atau sekitar 7 persen dari pesaingnya Soerya-Ansar, yakni 53,4 persen berbanding 46,6 persen.

Terkait kemenangan itu, Ketua Tim Sukses Sani-Nurdin, Ahars Sulaiman buka suara. Menurutnya, kemenangan pasangan nomor urut 1 itu buah dari kerja keras seluruh tim berbulan-bulan sebelum pelaksanaan Pilkada.

“Tim kami terorganisir secara rapi dari tingkat provinsi, kota, kecamatan, kelurahan atau desa hingga TPS. Semua pergerakannya terkonsolidasi dalam satu sistem,” katanya ketika dihubungi, Minggu (13/12).

Sistem yang dimaksud, lanjut Ahars, fokus pada upaya membangun kekuatan organisasi di tingkat TPS. Hampir tidak ada TPS di seluruh Kepri yang tidak tersentuh oleh jaringan pemenangan Sani-Nurdin.

“Sistem itu kita sebut grassroots operasion (GRO). Karena kita sadar pertarungan di Pilkada adalah pertarungan di pemilih akar rumput atau TPS,” tegasnya.

Ahars mengatakan, sistem GRO tersebut tidak akan terkalahkan kecuali oleh sistem yang sama. Apalagi oleh cara-cara seporadis yang cenderung tidak terorganisir dengan baik dan rapi.

“Kedua, gaya komunikasi kandidat kami yang lebih mengedepankan silaturrahim, menyapa dan mendatangi warga,” sambungnya.

Meski usia Sani (73 tahun) terbilang tua, kata Ahars, semangat dan fisiknya tak kalah dengan yang berusia muda. Bahkan dalam sehari, Sani bisa mengunjungi tempat warga di lima titik pulau berbeda. Kepri 96 persen wilayah kepulauan. Tapi Sani biasa saja mendatangi warga dari pulau satu ke pulau lainnya.

“Ketiga, Tim Pemenangan Sani-Nurdin berpijak pada metode ilmiah. Kami memakai survei sebagai basis analisis dan strategi. Survei rutin kami lakukan bekerja sama dengan kantor survei kredibel. Analisis mereka kami pakai untuk perbaikan strategi. Intinya kami menjalankan rekomendasi dari survei,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur lembaga Konsultan Sosial, Ekonomi, Politik Indonesia (KONSEP-Indo) Veri Muhlis Arifuzzaman mengungkapkan, di era Pilkada ini tak bisa lagi menggunakan model kampanye tradisional. Pasalnya, model itu sudah sering diterapkan sehingga kurang menarik di mata pemilih.

“Misalnya, kampanye akbar dengan mobilisasi massa di satu titik, semua kandidat pasti melakukannya,” ujar konsultan pemenangan Sani-Nurdin ini.

Karena itu, ia lebih menyarankan kampanye berbasis komunitas (based community campaign). Kampanye model ini bukan diadakan oleh kandidat untuk massa pemilih, melainkan berdasarkan permintaan komunitas dan organisasi tingkat TPS atas kandidat.

“Bentuk dan kemasannya pun berbeda-beda. Tergantung pada kebutuhan komunitas. Ini lebih mengena, karena tiap komunitas punya karakteristik tersendiri,” tandasnya. [rus]

Smber: RMOL